Rabu, 07 November 2012


ALIRAN ALIRAN MAHAYANA


Pada umumnya dikatakan aliran-aliran agama Buddha yang tersebar di TIMUR JAUH terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok HINAYANA dan kelompok MAHAYANA. Dari kelompok HINAYANA ada dua sub kelompok, yaitu:
1.      Abhidharma – Kosa
2.      Satyasiddhi
Dari kelompok MAHAYANA ada sembilan yaitu:
1.      Yogacara (Vijñanavada)
2.      Tri-sastra (Madyamika)
3.      Avatamsaka
4.      Thien Tai
5.      Tantra
6.      Chan (Zen/Dhyana)

7.      Sukhavati
8.      Nichiren
9.      Vinaya

1.1. ALIRAN YOGACARA (VIJÑANAVADA)
Berasal dari ajaran Maitreyanatha (270-350M), yang terdapat dalam Lankavatara sutra, Samdhinirmocana sutra, Mahayana Sraddhotpada Sastra Asvagosa, dll.

Tokoh dalam Mahayana (aliran Yogacara) : Asanga dan Vasubandhu
Penekanan Ajaran: pada kesadaran, Vijñanavada: Kelompok Idealisme.
Yang menonjol: Sistim Samparigraha (She-lun-tsung) yang membeberkan ajaran-ajaran Vijñana-matra, “Segalanya adalah konstruksi mental/kesadaran belaka”.
10 Corak khusus yang terdapat dalam kitab Mahayana-Samparigraha, yaitu:
(1)   gudang-kesadaran (alaya-vijñana)
(2)   ideasi- semata (citta)
(3)   pencapaian wawasan tentang ideasi semata
(4)   enam paramita
(5)   dasabhumi
(6)   moralitas (sila)
(7)   meditasi
(8)   prajna
(9)   pengetahuan yang membedakan (avikalpa-jhana)
(10)           trikaya (3 tubuh)



ALAYA-VIJÑANA

Adalah tempat jejak pikiran dan perbuatan, endapan benih karma yang lampau. Jadi harus disesuaikan dari dualitas subjek-objek dan paham-paham khayalan yang palsu dan dipulihkan yaitu kedemikianan (tathata) yang tidak membedakan Amala-vijñana (kesadaran yang murni) dan termasuk kesadaran ke 9.
Sembilan rangkaian kesadaran adalah:
·                     Lima kesadaran pertama yang meliputi kesadaran penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan sentuhan (panca-indera). 
·         Empat kesadaran pusat:
-          Kesadaran pusat indera (mano-vijñana) yang membentuk gagasan atau pemikiran atas perspsi yang diterima dari luar;
-          Kesadaran pusat pikiran (manas-vijñana) berfikir, berkehendak, berlandaskan ego.
-          Kesadaran gudang ediasi (citta/alaya-vijñana=menyimpan benih-benih, yang menjaga ketepatgunaan/efektifitas atau tenaga untuk perwujudan).
-          Kesadaran bebas noda (alama-vijñana= kesadaran murni, suci, bebas dari dualitas subyek-obyek).

Aliran yogacara disebut juga Vijñanavada (Wei-shih-tsung) secara khusus menganalisa obyek-obyek mental dan fenomena. Penekanan ada pada kesadaran subyektif karena realitas adalah kesadaran itu sendiri.
Ada 5 (lima) kelompok dan 100 (seratus) Dharma;
-       Kelompok I     : 8 Citta Dharma
-       Kelompok II   : 51 Caitasika Dharma
-       Kelompok III  : 11 Rupa Dharma
-       Kelompok IV  : 24 Citta Viprayukta-sankhara
-       Kelompok V   : 6 Asankrta Dharma
JUMLAH                        : 100 Dharma

Sistim Yogacara – Samparigraha – Dharmalaksana.
Dharma Laksana menekankan sifat-sifat khusus (laksana) Dharma yang membentuk dunia dalam kesadaran manusia. Dengan kata lain dharma tergantung atas kesadaran manusia dan tidak berdiri sendiri. Dengan demikian cakrawala dunia terjadi di dalam kesadaran manusia itu sendiri.

Dosen: Suwono, S.Ag.
Disampaikan tanggal: 13 Januari 2005
                                                    Sekolah Tinggi Agama Buddha
(STAB) Kertarajasa Batu
Semester IV


1.2. ALIRAN TRI – SASTRA (MADHYAMIKA/SUNYAVADA)

Pelopornya: antara Lain NGARJUNA & ARYA DEVA

3 Pokok Ajaran Utama Madhyamika:
1. Menyangkal yang keliru dan menegakkan yang benar.
2. Penekanan pada samvrti-satya dan paramartha-satya
3. Delapan metode untuk menyangkal secara dialektik:
Tidak lahir, tidak lenyap, tidak langgeng, tidak putus, tidak berbeda, tidak datang, tidak pergi, tidak sama, tidak berbeda sebagai CARA untuk MENGANALISA dan MENGERTI SUATU MASALAH.
·         NAGARJUNA, penulis Mahaprajna Paramitra-sastra; mengajarkan praktek kebajikan dan wawasan terang dari jalan tenganh Sang Buddha, yang terletak antara ekstrim asketisme dan hedonisme; dan antara realitas absolut dan bukan-realitas.
·         Jalan kebebasan ditempuh dengan menggunakan disiplin mental dan moral dengan mematahkan ikatan kebodohan. Filsafat dialektik diperlukan untuk menghapus keterikatan pada pahm-paham dan doktrin-doktrin yaitu dengan berpegang: segala sesuatu tidak mempunyai realitas absolut.
·         Ajaran utama NAGARJUNA adalah SUNYATA, dipadankan dengan PRATITYA-SAMUPPADA dari segenap fenomena yang ada.
·         Dalam merumuskan filsafat Madhyamika, dipakai metode DIALEKTIKA yaitu PRASANGA-VAKYA, yaitu argument penyusutan sampai kemustahilan sampai pada suatu posisi madya yang bebas dari semua nama, cirri dan di luar semua pemikiran dan ucapan. Semua pikiran duniawi sama dengan kosong, jalan tengah secara jelas melalui 8 rangkaian penyangkalan.
·         Dengan demikian semua pembedaan diri dan orang lain atau ini dan itu dapat dihilangkan. Jadi penyangkalan terhadap pandangan salah sama dengan penjelasan mengenai pandangan benar.
·         Caranya:
Bila yang benar dipertentangkan dengan yang salah sama benar karena merupakan lawan dari yang salah. Bila yang salah disangkal seluruhnya akan terdapat yang benar yang mutlak. Bila segenap gagasan tentang yang benar dan yang salah dibuang, terdapatlah yang mutlak, yaitu kebenaran hakiki.
Sunyata berarti pelepasan semua pandangan, gagasan.
·         Kreatifitas NAGARJUNA yang lain:
1.                  Ketidak-berintinya semua fenomena dalam dialektika. Negatif menghasilkan tetralemma (4 dimensi masalah) yaitu segala sesuatu yang ada bukan ada, bukan tak ada; (4x).
2.                  Makna terdalam Sunyata ada pada pratitya-samuppada kehidupan dan realitas spiritual tertinggi, tak ada perbedaan hakiki antara keduanya.
3.                  Ada 2 tingkat kebenaran (konvensional, absolut) yang bermanfaat dalam situasi-situasi yang berbeda untuk menjadi kekuatan melepaskan kemelekatan.
4.                  Aktifitas moral: penghormatan pada yang layak dihormati dan pengembangan sikap-sikap yang mendukung wawasan terang (misalnya: ketenangan, ketidak-takutan, sikap bersahabat) sebagai aspek timbale-balik dari wawasan terang ke dalam kekosongan segenap fenomena.

NB.
·         Skeptisme adalah paham yang memandang sesuatu selalu tidak pasti, meragukan.
·         Hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup.
·         Konvensional adalah kebenaran yang bersifat umum, bisa berubah.
·         Absolut adalah kebenaran yang bersifat mutlak, kekal.




Dosen: Suwono, S.Ag.
Disampaikan tanggal: 20 Januari 2005
                                                    Sekolah Tinggi Agama Buddha
(STAB) Kertarajasa Batu
Semester IV










1.3. ALIRAN AVATAMSAKA (LINGKARAN BUNGA)

“Avatamsaka” berpijak pada Avatamsaka Sutra dan berupa judul kumpulan Sutra Mahayana yang besar pengaruhnya dan menjadi landasan pemikiran Mahayana.

Aliran ini tidak berasal dari India, secara filosofis filsafatnya terbit di Cina/Tiongkok. Hua Yen Cing atau ‘Avatamsaka Sutra’ sangat sulit dimengerti, sehingga secara legendaris dan terpaksa dititipkan di istana Dewa Naga dan yang mengambil kembali adalah “Nagarjuna” setelah 500 tahun Buddha Parinirvana.

Tokoh-tokohnya:
-          Buddhabadra, Siksananda, dan Prajna yang menterjemahkan dari bahasa sansekerta ke bahasa Tionghoa.
-          Bhiksu Sien Sou (Tu Sun)  merupakan pelopor aliran Avatamsaka di Tionghoa (577-640 M).

Penekanan Ajaran:
Yaitu pada  “Dharmadhatu” (kebenaran terakhir) dan “Dasabhumi”. Dharmadhatu identik dengan Rahim buddha (apa yang membungkus/menyembunytikan Buddha). Diyakini aliran ini, karena ‘tersembunyi’ maka ada segi yang tidak murni, tapi karena pencapaian kebuddhaan, ada Segi yang Murni; yaitu melalui tenaga murni dan tidak murni, ada sifat perwujudan tertentu misalnya kelahiran-kematian, kebaikan-kejahatan. Semua makhluk berada dalam keadaan Tathagarbha/Rahim Buddha.
Alam semesta saling berhubungan dan tergantung, tidak memiliki makhluk yang ada secara mandiri.

“Manusia” secara umum adalah satuan:
1.      Universalitas   ; terdiri dari lima skanda.
2.                  Kekhususan           ; organ manusia berbeda tapi merupakan kekhasan
3.      Keserupaan     ; semua organ saling berhubungan
4.                  Keaneka-ragaman ; setiap organ mempunyai keaneka-ragaman
5.      Gabungan        ; semua organ bekerja sama
6.      Perbedaan       ; fungsi setiap organ berbeda

Jadi tidak ada unsur yang tunggal dan mandiri sehingga saling bergantung. Ini contoh saling-ketergantungan aliran ini: RELATIVITAS-UNIVERSAL.
Aliran ini juga mengajarkan DASABHUMIKA SUTRA (10 Tahapan Bodhisatva).

Pembagian Waktu dan Penggolongan Tingkatan Ajaran Buddha:
1.      Ajaran Hinayana: tentang Catur Agama Sutra dan Abhidharma Kosa.
2.      Dua Ajaran Mahayana permulaan:
a.       Yogacara/Vijnanavada: (adanya) Golongan Ichantika yang tidak merupakan benih kebuddhaan sehingga tidak dapat menjadi Buddha.
b.      Tri Sastra: penyangkalan semua elemen Dharma dan setiap makhluk merupakan benih kebuddhaan.
3.      Ajaran akhir Mahayana: setiap makhluk dapat mencapai samyak Sambuddha ( menjadi Buddha)
Sutra: Lankavatara, Mahaparinirvana, Mahayana Sradhopadopada Sastra.
Aliran : Thien Tai.          
4.      Ajaran tanpa kata, menekankan sila dan samadhi
Aliran : Zen (Dyana).
5.      Ajaran yang diterangkan secara harmonis dan sempurna.
Bag. 1: Ekayana dari Avatamsaka yang diajarkan setara dan sejajar dengan Triyana (tiga pelajaran) yaitu: Hinayana, Mahayana yang bertahap dan pelaksanaan segera Mahayana. Ajaran ini mendasari teori An-atman, Alayavijnana dan benih kebuddhaan pada setiap makhluk.
Bag.  2 :  Ekayana yang berdiri sendiri. Lebih tinggi daripada yang lain dan ada keharmonisan total. 

1.4. ALIRAN THIEN TAI
Pendiri            : Hui Wen (pendiri)Bbbb77410000000000000000000000000000000000000



00
                          Hui Se (patriartch II) dari abad VI
                          Ce Khai (Patriartch III) dari abad VI

Buku pegangan           : Madhyamaka Sastra
                                      Mahaprajanaparamitra Sastra
                                      Ta-Ch’eng-Chih-Kuan-Fa-Men

Guru Saicho/Dengyo Daishi adalah pendiri Thien Tai Jepang yang berpedoman pada Sadharma Pundarika Sutra, Amitabha Sutra dan Nirvana Sutra dan Maha Prajnaparamitra.

Aliran Thien Tai memadukan bermacam cara untuk mempelajari sutra dan sastra, bhakti puja, pembacaan  doa, pengulangan sutra, mantra dan dharani serta menitikberatkan sila dan samadhi sampai tercapai Prajna.

Ajaran Utama:
·         Sarva Sankhara Anityam (Sabbe Sankhara Anicca)
·         Sarva Sankhara Dukham (Sabbe Sankhara Dukkha)
·         Sarva Dharma Anatman (Sabbe Dhamma Anatta)
·         Nirvana Sam Tam (Nibbana=Ketenangan abadi/keadaan sejati)

Prinsip ajaran ini terpusat pada keadaan sejati semua unsur yang ditandai dengan 10 corak kedemikianan. Juga ditekankan bahwa setiap insan dapat mencapai kebuddhaan.

Aliran ini juga berlandaskan doktrin Tiga Kebenaran dan Keadaan Sejati semua Dharma dan teori Tiga Ribu Alam berdasarkan Sepuluh Alam/Tingkatan yaitu: Buddha, Bodhisatva, Pratyeka Buddha, Sravaka, Devata, Manusia, Asura, Preta, Binatang dan penghuni neraka.

Dikatakan dapat menjadi 100 Alam, karena ke-10 alam ini saling mencakup, setiap alam mempunyai 9 alam lainnya. Masing-masing alam ini memang ada dalam tiap manuisa sebagai keadaan yang selalu berubah dari dirinya yang tanpa perlu mati terlebih dulu untuk pergi ke alam lain.

Nichiren melihat; “manusia kadang gembira, marah atau tenang. Bisa pula serakah, bodoh atau jahat. Kegilaan adalah alam neraka, keserakahan adalah alam kelaparan, kebodohan adalah alam binatanag, kejahatan adalah alam amarah, kegembiraan adalah alam kebahagian dan ketenangan adalah alam manusia.”

100 Alam itu merupakan 10 corak kedemikianan (tathata) yang berbeda yaitu bentuk, alami, wujud, kekuatan, prilaku, sebab, syarat, pengaruh, pahala, dan awal-akhir. Dengan demikian dalam 100 dunia tercapailah seribu alam.

Masing-masing Alam terdiri atas 3 bagian:
1. Jenis makhluk/Alam para makhluk
2. Jenis kawasan ruang/tempat hidup makhluk
3. Lima kelompok kehidupan

Jadi ada 3 ribu alam yang membentuk keseluruhan kanyataan yang terwujudkan.
Di dalam satu saat-kesadaran/pikiran terkandung 3.000 dunia, sehingga Ichinen Sanzen menyatakan bahwa satu saat pikiran adalah 3.000 dunia itu sendiri.

Pembagian waktu Ajaran Sang Buddha versi Aliran Thian Tai dan Avatamsaka:
1. Periode Avatamsaka: Selama 3x7 Sang Buddha mengajar Dharma yang sangat sulit, hanya dimengerti para Bodhisatva dan Makhluk Agung.
2. Periode Agama Sutra: Dharma yang mudah, diajarkan 12 Tahun dimulai dari Taman Rusa.
3. Periode Vaipulya Sutra: Lankavatara Sutra, Vimalakirti Nirdesa Sutra, Suvarnaprabhasa Sutra dan Sutra-sutra lainnya diajarkan selama 8 Tahun
4. Periode Prajna Paramita Sutra: Maha Prajna Paramita Sutra diterangkan selama 22 tahun.
5. Periode Saddharma Pundarika Sutra dan Nirvana Sutra: diajarkan selama 8 Tahun. Sehari sebelum Mahaparinirvana Beliau menerangkan Mahaparinirvana Sutra.

Ekayana artinya Kendaraan tunggal
Triyana artinya Tiga kendaraan, yaitu:
1.      Sravakayana: mereka yang mendengar Dharma kemudian berusaha.
2.      Pratyakana: mereka yang berusaha mencapai penerangan sempurna dengan usaha sendiri.
3.      Bodhisatva: calon Buddha.


1.5. ALIRAN CHAN (ZEN/DHYANA)
Ch’an adalah ajaran Sang Buddha yang dibabarkan dengan bahasa yang lebih awam dan penerapannya dalam kehidupannya sehari-hari.

Ch’an terpengaruh TAOISME dan KONFUSIANISME tanpa mengubah/menyimpang dari ajaran Buddha –Ch’an terbentuk di Tiongkok, bermula dari kedatangan Bodhi-dharma sebagai Patriarch I. Setelah Hui Neng, Sistim. Setelah Hui Neng, Sistim patriarch ditiadakan.

PENGERTIAN “ZEN”
Berasal dari “Ch’an Na” ð Dhyana ðMeditasi.
Arti harfiah: duduk bermeditasi.
Dhyana + Kehidupan bersusila (moral) ð prajna.
Dhyana penting di dalam penghayatan Dharma.

Ch’an/Zen menekankan pada Samatha dan Vipasyana
Arti Ch’an/Zen= bermeditasi di luar kata-kata teoritis, yaitu setiap saat, seseorang harus menyadari apa yang dilakukannya, tanpa upacara.
Caranya:
Segala sesuatu berjalan secara wajar dengan menyadari apa yang ada pada diri sendiri dan maju perlahan-lahan kemudian berusaha tenang. Lakukan terus-menerus sehingga usaha untuk menerangi hati dan mengenal pribadi sendiri lebih terwujud.
INTI FILSAFT ZEN:
1.      Dia yang melihat Dharma, melihat Buddha.
2.      Terangi hati dan lihatlah karakter diri sendiri.
Peran menonjol Anatman/Anatta-harus dipahami walau dalam waktu dengan usaha tekun. Orang harus rendah hati, ramah, tidak melekat, bisa bergaul, tangguh dan sederet sifat positif yang lain. Yang penting: “Jangan sok merasa telah mencapai kesucian”.
PENGERTIAN TENTANG SUNYATA
Sutra Altar: “Hendaknya hati/pikiran tidak terikat pada apapun”
Ajaran Anitya, Dukkha dan Anatman: “Jangan  melekat pada hal-hal negatif yang menimbulkan ketagihan, jangan terikat pada kata-kata, upacara, kesucian yang semu dan sifat-sifat ketergantungan yang lain.

Sutra INTAN: “Hati/pikiran yang dahulu tidak dapat dipegang/didapat, hati/pikiran yang sekarang tidak dapat dipegang/didapat demikian juga dengan yang akan datang”
Ajaran Anitya, dukkha dan Anatman: Segala sesuatu di alam fenomena berubah seperti halnya perasaan dan pikiran yang terus berubah. Keduanya tak dapat diikat pada sesuatu yang belum pasti dan terealisasi.
Jangan kita berbuat baik hanya dipenampilan tapi hati dan perasaan terbelenggu-artinya: berbuat baik seyogyanya jangan disertai pamrih. Perbuatan baik yang tidak berbuah sekarang tidak usah membuat kita kecewa. ð Jangan terikat pada apapun!
SESUATU YANG DIAJARKAN DI LUAR KATA-KATA DISAMPAIKAN DARI HATI-KE HATI:
Ch’an kurang memperhatikan upacara dan formalitas yang lain apalagi yang lain apalagi teori. Yang terpenting adalah lakukan sekarang dan hayati. Ajaran Sang Buddha hendaknya dipahami dan direnungkan. Kematangan batin didapat dengan usaha dan latihan yang tekun. Yang telah mengerti, ajaran Dharma disampaikan dari hati ke hati tanpa kata (!) ð dapat pula pengertian datang dari hati ke hati. Walau demikian, ada buku-buku pegangan Ch’an antara lain:
1. Sutra Altar/The Sutra of Hui Neng yang berisi dialog/ucapan-ucapan Hui Neng.
2. Sutra Intan ð yang sangat sulit dimengerti ð tentang Sunyata.
3. Lankavatara Sutra ð sangat sulit ð tentang ke Buddhaan, Sunyata dan lain-lain.
SATORI DAN KOAN
Intisari Ch’an adalah pengertian yang baru tentang kehidupan dan terhadap semua masalah duniawi. Cara berfikir dari kebiasaan hidup harus dibuang dan berusaha mencari cara lebih untuk mendapat kepuasan batin. Bila tidak puas, carilah jalan keluar. Ch’an/Zen merupakan sarana menemukan pandangan semacam ini. Pengenalan macam ini bersifat drastis, bukan sesuatu yang mudah. Tercapainya penegrtian ini disebut “U/Satori (Sadar) ð Intisari Ch’an.
Melalui “U/Satori”, dapat diteropong faktor logika dan psikologis. Secara logika: terbebasnya pikiran dari pandangan dualisme yang terbiasa melekat pada kita. Setelah ‘U/Satori (sadar) seseorang melihat dunia dengan pandangan lain.
Pencapaian ‘U/Satori’ membuat dunia jadi lain. Wlalu masih penuh penderitaan, baginya segala kontradiksi telah bersatu. Jiwanya berubah drastis, akan mempengaruhi dan membersihkan budi pekerti dan semangatnya.
“Koan” (Jepang) atau “Kung An (Cina) adalah ekspresi yang dipakai kaum Zen (bhikkhu maupun upasaka) untuk menerangkan sesuatu yang telah dihayati berdasarkan pengalaman hidupnya.
“Koan” adalah kata-kata yang harus dimengerti berdasarkan penghayatan. Bagi Ch’an/Zen, meditasi tidak semata-mata duduk, Dharma berada disetiap tempat dan keadaan sehingga kita harus menghayatinya.

1.6. ALIRAN SUKHAVATI
1.7. ALIRAN NICHIREN

1.8. ALIRAN VINAYA
Sesuai dengan namanya Mazhab ini menitikberatkan kepada Vinaya.
Tokohnya: Bhiksu Tao Hsu An (Tiongkok) pada Dinasti Tang (abad VI M)
Sekte ini mengajarkan tentang CATUH-VINAYA (She Fen Lii) yaitu Empat Sumber Vinaya yang terdiri dari:
1.      Sarvastivada Vinaya (Se Th’ung Lii)
2.      Dharmagupta Vinaya (She Fen Lii)
3.      Mahasangika Vinaya (Ta Seng Che Lii)
4.      Mahisasaka Vinaya (U Pu Lii)
Susunan dari Vinaya terdiri dari 250 pasal:
1.      Parajika                                                     4 pasal
2.      Sanghavasesa                                            13 pasal
3.      Aniyata                                                     2 pasal
4.      Naihsargika-prayascittika 30 pasal
5.      Prayaschitta                                   90 pasal
6.      Pratidesaniya                                 4 pasal
7.      Siksakaraniya                                100 pasal
8.      Adhykarana-samadha                   7 pasal
Berdasarkan Brahmajala Sutra Mahayana (Fan Wang Ching) dikenal juga Bodhisatva Sila (Phu Sa Chi/Po Sat Kai):
1.      Garukapatti                                10 pasal
2.      Lahukapatti                                48 pasal
Salah satu ciri Bodhisatva Sila adalah harus vegetarian (cia cai). Bagi umat awam dianjurkan untuk menerapkan Panca sila Buddhis.

1.9. ALIRAN TANTRA
Secara etimologis: Tantra berarti “menenun” atau “tenun. Yang merupakan istilah teknis yang dipergunakan untuk mengacu pada praktik-praktik esoterik yang bertujuan membangkitkan sifat ketuhanan dalam diri seseorang guna mencapai kesempurnaan, disamping itu juga untuk mengacu pada kitab-kitab yang menguraikan ajaran-ajaran demikian.
Tantra tak dapat dipisahkan dari perkembangan agama Buddha Mahayana. Tantra muncul sebagai sitem metafisika Buddhis bersamaan dengan perkembangan berbagi sistem kefilsafatan agama Buddha Mahayana, terutama dengan Aliran Madyamika dan Yogacara. Landasan Metafisika

0 komentar:

Posting Komentar